Waktunya Flexing Logika: Cara Cepat Nangkepin Semua Logical Fallacies di Twitter/TikTok

Oleh: Admin A | Dipublikasikan: 6/10/2025

Waktunya Flexing Logika: Cara Cepat Nangkepin Semua Logical Fallacies di Twitter/TikTok

Capek enggak sih lihat FYP atau timeline isinya cuma drama, perdebatan kusir, atau orang yang selalu merasa benar dengan argumen yang enggak masuk akal?

Apalagi di platform yang serba cepat kayak Twitter (X) dan TikTok, kesalahan penalaran menyebar lebih cepat dari virus.

Tapi, daripada cuma scroll sambil kesel, mending kita upgrade skill logika kita!

Kali ini kita enggak cuma bahas apa itu logical fallacy, tapi gimana caranya nangkepin mereka dalam hitungan detik. Siap flexing kecerdasanmu?

Apa Itu Logical Fallacy? Kenapa Gen Z Wajib Jadi 'Detektor' Ulung?

Singkatnya, logical fallacy (atau sesat pikir) itu adalah error atau kesalahan dalam proses berpikir yang membuat kesimpulan atau argumen seseorang jadi tidak valid atau keliru, meskipun kedengarannya meyakinkan.

Ini seperti pakai filter yang rusak saat mengambil kesimpulan.

Di Twitter/TikTok, fallacy adalah currency utama drama. Orang yang jago manipulasi emosi dan pakai trik logika yang curang seringkali viral dan trending.

Kenapa kamu harus jadi detektor fallacy?

  • Stop Gaslighting: Di dunia maya, banyak penalaran yang dipakai untuk bikin kamu ragu sama diri sendiri. Kalau kamu bisa deteksi fallacy, kamu enggak akan mudah di-gaslighting.
  • Digital Literacy: Kamu bisa membedakan mana konten yang berkualitas (berbasis logika) dan mana yang sampah (penuh kesalahan).
  • Level Up Debat: Saat kamu tahu trik curang mereka, kamu bisa tunjukkin kalau argumen mereka tidak valid tanpa harus ikut-ikutan emosi. Flexing kecerdasan, bukan emosi!

Bongkar Cepat: 3 Logical Fallacies Paling Viral di Sosmed

Ini dia 3 logical fallacy yang paling sering kamu lihat di kolom komentar, stitch TikTok, atau thread Twitter:

1. Bandwagon Fallacy (Argumen Ikutan Mayoritas)

Ini jurusnya para trendsetter dan sheeple (pengikut buta). Intinya: Ini pasti benar karena semua orang bilang begitu. Mereka mengganti bukti logis dengan popularitas massa.
  • Intinya: Meyakini sesuatu itu benar, baik, atau valid hanya karena banyak orang (mayoritas) yang percaya atau melakukannya.
  • Contoh Klasik di Sosmed:
    • "Semua influencer besar bilang kalau produk A ini bagus banget, jadi pasti aku harus beli, dong. Enggak mungkin mereka semua salah."
    • "Hampir semua netizen setuju kalau si A ini salah total. Jadi, enggak perlu dengerin argumennya, dia memang villain-nya."
  • Kesalahan Penalaran: Popularitas suatu ide tidak berhubungan dengan kebenaran faktual ide tersebut. Ini adalah logika yang keliru karena argumenmu jadi tidak valid hanya berdasarkan jumlah orang, bukan bukti nyata.

2. Hasty Generalization (Generalisasi Buru-buru)

Ini jurus andalan para judge mental yang suka cepat ambil kesimpulan dari sampel yang super kecil. Intinya: Aku lihat satu/dua kasus kayak gini, jadi pasti SEMUA kasus kayak gini.
  • Intinya: Membuat kesimpulan umum (general) berdasarkan sampel atau bukti yang terlalu sedikit, tidak representatif, atau tidak memadai.
  • Contoh Klasik di Sosmed:
    • "Aku kemarin beli satu produk dari brand kosmetik Z dan ternyata jelek banget. Berarti semua produk dari brand Z itu pasti sampah dan enggak worth it!"
    • "Aku lihat satu driver online ugal-ugalan di jalan. Kesimpulannya, semua driver online itu enggak punya etika mengemudi."
  • Kesalahan Penalaran: Satu pengalaman tidak bisa mewakili populasi besar. Proses membuat kesimpulan yang terburu-buru ini adalah kesalahan dalam penalaran yang membuat argumen menjadi tidak valid dan seringkali menyesatkan.

3. Appeal to Authority (Mengandalkan Otoritas, Bukan Bukti)

Ini jurusnya para pengagum buta. Mereka bukannya pakai fakta, tapi pakai nama besar. Intinya: Dia pasti benar karena dia profesor/seleb terkenal/pejabat. Padahal, otoritas di satu bidang enggak menjamin kebenaran di bidang lain.
  • Intinya: Mengatakan sesuatu itu benar hanya karena diucapkan oleh seseorang yang dianggap "berkuasa," "ahli," atau punya status tinggi, padahal keahliannya tidak relevan atau buktinya lemah.
  • Contoh Klasik di Sosmed:
    • "Kata Dokter X di TikTok, makan ini bisa sembuhin kanker! Kita harus percaya karena dia dokter!" (Padahal Dokter X bukan ahli onkologi dan tidak didukung penelitian ilmiah).
    • "Aku enggak percaya sama kritikmu. Si Y, seorang billionaire terkenal, justru sangat mendukung startup ini. Kamu siapa?"
  • Kesalahan Penalaran: Status atau jabatan seseorang tidak bisa menggantikan bukti dan logika yang kuat. Keahlian yang tidak relevan membuat argumen ini keliru dan tidak valid.

Flexing Logika: Cara Cepat Counter Fallacy

Saat kamu nemu komentar atau video yang penuh fallacy, ikuti langkah cepat ini:

Jangan Emosi, Zoom Out: Tarik napas. Ingat, emosi adalah musuh logika. Fokus pada struktur argumen, bukan pada orangnya.

Identifikasi Jenis Fallacy: Cepat tentukan: Apakah dia main jumlah orang (Bandwagon)? Apakah dia nge-cap semua orang dari satu kasus (Hasty Generalization)? Atau dia cuma nyebut nama orang terkenal (Appeal to Authority)?

Counter dengan Fact atau Logic:

  • Untuk Bandwagon: Tanyakan, "Apa bukti/data nyatanya, selain karena banyak yang setuju?"
  • Untuk Hasty Generalization: Tanyakan, "Apakah satu kasus itu cukup untuk mewakili ribuan orang/produk lain? Mana sampel yang lebih besar?"
  • Untuk Appeal to Authority: Tanyakan, "Meskipun dia ahli, mana penelitian/bukti yang mendukung klaim ini?"
Takeaway: Jangan biarkan kesalahan dalam penalaran membuat proses berpikir kamu ikutan kacau. Sekarang kamu punya alat untuk nangkepin fallacy di mana saja. Logical fallacy itu keliru, tidak valid, dan bukan logika. Go flex your logic, Gen Z!

Tentang Website

Belajar Mandiri adalah platform edukasi untuk siswa dan mahasiswa yang ingin belajar lebih efektif.

© 2025 Belajar Mandiri. All rights reserved.