Kenapa Dia Selalu Merasa Benar? Bongkar Sesat Pikir (Fallacy) Paling Sering Dipakai Toxicity.

Oleh: Admin A | Dipublikasikan: 1/10/2025

Kenapa Dia Selalu Merasa Benar? Bongkar Sesat Pikir (Fallacy) Paling Sering Dipakai Toxicity.

Siapa nih yang punya temen (atau bahkan diri sendiri) yang rasanya selalu menang debat dan enggak pernah mau disalahkan? Rasanya sebel banget, kan?

Padahal, kalau ditarik benang merahnya, seringkali 'kemenangan' mereka itu cuma ilusi, lho.

Mereka menang bukan karena argumennya kuat, tapi karena mereka pakai 'jurus' curang yang kerennya disebut Logical Fallacy.

Yuk, kita bongkar bareng-bareng sesat pikir atau logical fallacy yang paling sering jadi amunisi dalam toxic relationship atau obrolan sehari-hari.

Biar kamu enggak gampang kemakan, dan yang penting, biar kamu juga enggak ikutan pakai!

Apa Itu Logical Fallacy? Kenapa Penting Banget buat Gen Z?

Gini deh, gampangnya, logical fallacy (atau sesat pikir) itu adalah kesalahan dalam penalaran atau proses berpikir seseorang. Ini membuat argumen yang mereka sampaikan jadi tidak valid secara logika, meskipun kedengarannya meyakinkan. Ini kayak bug dalam sistem otak yang bikin kesimpulan jadi keliru dari premis-premis yang ada.

Kenapa Gen Z harus aware banget?

  • Banjir Informasi: Di era media sosial, kamu dibanjiri argumen, opini, dan berita. Kalau enggak bisa bedain mana logika yang benar dan yang sesat, kamu gampang banget percaya hoaks atau terjerumus dalam polarisasi.
  • Kesehatan Mental (Toxicity): Fallacy sering banget dipakai dalam toxic relationship (teman, pacar, atau bahkan keluarga) untuk memanipulasi, gaslighting, atau membuatmu merasa bersalah. Memahami ini adalah langkah awal untuk boundary setting yang sehat!
  • Kritis dan Cerdas: Netizen yang cerdas adalah yang mampu melihat defect dalam sebuah argumen, bukan cuma ikut-ikutan hype.

Bongkar Tuntas: Sesat Pikir Paling Toxic dan Sering Dipakai

Ini dia 3 logical fallacy yang paling sering kamu temui dan paling ngeselin:

Content Image

sumber gambar : pinterest

1. Ad Hominem (Menyerang Pribadi, Bukan Argumen)

Ini adalah 'jurus' paling basi. Daripada capek-capek mikirin jawaban yang logis, mereka langsung nyerang identitas, karakter, atau latar belakang kamu. Intinya: Kamu salah karena kamu bodoh/miskin/baru/cewek/cowok.
  • Intinya: Daripada ngejawab argumen atau bukti yang kamu kasih, mereka malah menyerang kamu secara personal.
  • Contoh Klasik:
    • Kamu: "Aku rasa rencana rapatmu kurang efektif karena data menunjukkan kurangnya partisipasi di jam segitu."
    • Dia: "Ah, kamu kan emang pemalas dan baru lulus, mana ngerti sih cara kerja yang bener? Pantesan ide kamu aneh-aneh."
  • Kesalahan Penalaran: Argumenmu soal data partisipasi adalah keliru atau tidak valid bukan karena kamu pemalas atau baru lulus, tapi ya karena argumenmu sendiri (data) lemah. Dengan menyerang pribadimu (ad hominem), mereka menghindari pembahasan inti dan seolah-olah menang.

2. Straw Man Fallacy (Menciptakan "Orang-orangan Sawah")

Ini jurusnya para tukang drama. Mereka enggak mampu kalahin argumen real kamu, jadi mereka bikin versi argumen kamu yang paling absurd dan gampang dibantah. Setelah itu, mereka hajar versi absurd itu habis-habisan.
  • Intinya: Mereka memutarbalikkan, melebih-lebihkan, atau menyederhanakan argumenmu sampai argumenmu jadi jauh lebih lemah dan mudah diserang. Setelah itu, mereka menyerang versi lemah (si straw man) itu, bukan argumen aslimu.
  • Contoh Klasik:
    • Kamu: "Aku rasa kita harus coba budgeting lebih ketat bulan ini biar bisa nabung buat liburan tahun depan."
    • Dia: "Oh, jadi sekarang kamu maunya kita hidup miskin banget, enggak boleh beli apa-apa, dan cuma makan mi instan tiap hari?! Kayak gitu quality of life yang kamu mau?"
  • Kesalahan Penalaran: Permintaan untuk budgeting ketat bukan berarti hidup miskin total. Si toxic menciptakan straw man yang ekstrem (hidup miskin total) agar argumenmu terlihat konyol dan mudah dibantah. Ini adalah kesalahan dalam proses berpikir yang sangat manipulatif.

3. Appeal to Emotion (Mengandalkan Perasaan, Bukan Logika)

Ini jurus andalan para manipulator ulung. Saat argumen mereka lemah, mereka langsung pakai jurus guilt trip, bikin kamu kasihan, atau menakut-nakuti. Mereka main hati, bukan main logika.
  • Intinya: Daripada pakai fakta, data, atau logika yang kuat, mereka justru berusaha memanipulasi emosi kamu (rasa kasihan, rasa takut, rasa bersalah) agar kamu menerima argumennya.
  • Contoh Klasik:
    • Kamu: "Aku enggak bisa bantu kamu ngerjain tugas lagi karena itu bukan tugasku, aku harus fokus tugas sendiri."
    • Dia: "Tega banget ya kamu? Aku udah anggep kamu sahabat terbaik. Kalau kamu enggak mau bantu, berarti kamu enggak peduli sama aku. Aku bakal dapat nilai jelek dan bisa enggak lulus. Kamu mau lihat aku hancur?"
  • Kesalahan Penalaran: Alasan bahwa kamu adalah sahabat terbaik dan dia akan hancur tidak ada hubungannya dengan logika apakah kamu seharusnya mengerjakan tugas orang lain. Ini adalah penalaran yang tidak valid karena hanya mengandalkan tekanan emosional untuk memenangkan perdebatan.

Baca juga : Bongkar Habis: Cara Upgrade Kemampuan Berpikir Kritis Biar Langsung Rasakan Manfaatnya!

Be Smart! Cara Menghadapi 'Si Paling Benar'

Jadi, kalau kamu berhadapan dengan orang yang pakai jurus logical fallacy ini, jangan langsung emosi. Ingat, senjata terbaikmu adalah logika dan ketenangan.

Kenali dan Sebutkan: Setelah kamu mengenali jenis fallacy-nya (misalnya, Straw Man), langsung tunjukkan. "Stop. Itu bukan argumenku. Kamu sedang menyerang versi ekstrem dari yang aku katakan."

Fokus ke Inti: Arahkan kembali pembicaraan ke argumen awalmu. Jangan biarkan mereka lari dari topik utama.

Set Boundary: Kalau mereka terus-terusan manipulatif (terutama dengan Appeal to Emotion atau Ad Hominem), enggak ada salahnya untuk bilang, "Aku enggak mau lanjutin diskusi ini kalau kamu terus menyerang pribadiku/membuatku merasa bersalah."

Takeaway: Jangan biarkan kesalahan dalam penalaran orang lain memengaruhi proses berpikir dan self-worth kamu. Sekarang kamu tahu, orang yang selalu merasa benar itu seringkali cuma jago main trick logika yang keliru. Stay sharp dan always think logically!

Tentang Website

Belajar Mandiri adalah platform edukasi untuk siswa dan mahasiswa yang ingin belajar lebih efektif.

© 2025 Belajar Mandiri. All rights reserved.